Oleh : Indah timur wati,S.Pd.
Guru IPA
Sebagai guru IPA di SMPN 1 Karangpawitan, saya meyakini bahwa pembelajaran sains tidak boleh berhenti pada teori yang tersaji dalam buku atau penjelasan di kelas. Sains harus hadir dekat dengan kehidupan siswa, memberi pengalaman belajar yang nyata, serta menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar mereka. Berangkat dari keyakinan itu, saya mengembangkan EcoScience Project, sebuah inovasi pembelajaran berbasis proyek yang memanfaatkan fenomena lingkungan nyata di sekitar sekolah sebagai laboratorium hidup. Lingkungan sekolah kami yang berada di kawasan pedesaan menyimpan potensi sekaligus tantangan. Hamparan sawah dan telaga menjadi sumber belajar yang kaya, tetapi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah menyebabkan pencemaran air dan pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali. Ekosistem perairan terganggu, kualitas air menurun, dan siswa melihat fenomena ini setiap hari tanpa memahami proses ilmiah di baliknya. Kondisi inilah yang mendorong saya merancang pembelajaran mendalam yang mampu menghubungkan konsep IPA dengan permasalahan nyata.

EcoScience Project menjadi media bagi siswa untuk mengalami langsung proses ilmiah melalui pendekatan Project Based Learning (PjBL) yang mengintegrasikan STEM Education. Saya memulai kegiatan ini dengan mengajak siswa mengamati fenomena lingkungan, mengidentifikasi masalah pencemaran air, dan merumuskan pertanyaan penelitian. Siswa kemudian merancang proyek, mengatur jadwal, menentukan alat dan bahan, dan membagi tugas sesuai kemampuan masing-masing. Pada tahap observasi lapangan, mereka turun langsung ke saluran irigasi dan telaga untuk mengambil sampel air, mencatat kondisi perairan, mendokumentasikan pertumbuhan eceng gondok, dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pengalaman ini membuat mereka melihat permasalahan lingkungan secara lebih kritis dan ilmiah.
Di laboratorium IPA, siswa melakukan berbagai eksperimen sederhana untuk menguji kualitas air, seperti pengukuran pH, kekeruhan, dan kandungan zat terlarut. Mereka juga mempelajari proses pertumbuhan eceng gondok, memahami mengapa tanaman ini dapat berkembang sangat cepat, dan melakukan berbagai percobaan untuk mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat. Dari eksperimen tersebut, siswa memfermentasi eceng gondok menjadi pupuk organik dan mencoba menggunakannya pada tanaman sayuran di kebun sekolah. Sebagian kelompok bahkan mengembangkan eceng gondok sebagai bahan kerajinan seperti tas, tikar, dan tempat pensil.

Melalui proses ini, saya melihat perubahan yang sangat signifikan dalam cara siswa belajar dan berinteraksi. Mereka menjadi lebih aktif berdiskusi, saling memberi masukan, dan berani mengemukakan pendapat. Sikap percaya diri tumbuh ketika mereka harus mempresentasikan hasil penelitian di depan guru, teman, bahkan pada kegiatan pameran sekolah. Keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi berkembang dengan baik. Selain itu, kepedulian terhadap lingkungan tumbuh secara alami. Siswa mulai mengurangi penggunaan plastik, menjaga kebersihan sungai kecil di area sekolah, serta mengajak keluarga mencoba pupuk organik hasil karya mereka.
Hasil yang diperoleh dari program ini sangat menggembirakan. Secara kuantitatif, 95% siswa terlibat aktif dalam setiap tahap proyek dan 80% mengalami peningkatan nilai IPA minimal 10 poin. Produk yang dihasilkan pun nyata, seperti 25 kilogram pupuk organik dari eceng gondok dan berbagai kerajinan tangan yang berhasil dijual saat bazar sekolah. Secara kualitatif, perubahan karakter dan cara pandang siswa menjadi dampak paling berharga. Mereka tidak hanya belajar sains, tetapi belajar menjadi warga yang peduli lingkungan, bertanggung jawab, dan kreatif dalam mencari solusi.
EcoScience Project juga memperkuat hubungan antara sekolah dan masyarakat. Saya bekerja sama dengan perangkat desa, petani, dan pengrajin lokal untuk memperluas wawasan siswa dan menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata. Edukasi tentang pencemaran air dan manfaat pupuk organik menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, sekaligus menunjukkan bahwa sekolah dapat berkontribusi secara nyata dalam penyelesaian masalah lingkungan. Beberapa warga mulai mencoba pupuk organik buatan siswa, dan kami menjalin kerja sama berkelanjutan untuk memanen eceng gondok secara berkala.
Program ini berpotensi besar direplikasi di sekolah lain karena konsepnya sederhana, relevan, dan mudah menyesuaikan kondisi lingkungan masing-masing. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan laboratorium IPA yang sudah tersedia, EcoScience Project dapat diintegrasikan ke dalam Kurikulum Merdeka pada materi ekosistem, pencemaran lingkungan, atau pemanfaatan sumber daya alam. Di SMPN 1 Karangpawitan sendiri, program ini telah diintegrasikan dalam modul ajar dan menjadi bagian dari kegiatan Adiwiyata. Saya juga membentuk EcoScience Team yang terdiri dari siswa-siswa terpilih untuk menjadi duta lingkungan yang terus mengembangkan ide baru setiap tahun.
Sebagai guru, saya berkomitmen menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan inovasi ini. Saya terus mengikuti pelatihan PjBL, webinar STEM, dan kegiatan MGMP IPA untuk memperdalam pemahaman sekaligus memperbarui strategi pembelajaran. Selain itu, saya aktif dalam kegiatan masyarakat melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk memberikan edukasi tentang budidaya organik, pemanfaatan limbah rumah tangga, dan pengolahan hasil tanaman obat keluarga. Semua ini saya lakukan agar ilmu yang saya miliki tidak hanya memberi manfaat di kelas, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Melalui EcoScience Project, saya berharap pendidikan tidak hanya melahirkan siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter kuat, peduli terhadap lingkungan, serta mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Saya percaya bahwa pembelajaran akan bermakna jika siswa memahami bahwa apa yang mereka pelajari dapat memberi dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan mereka. Dari eceng gondok yang dianggap gulma dan tidak bernilai, siswa belajar bahwa masalah bisa diubah menjadi peluang, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan perubahan. Inilah esensi pembelajaran mendalam yang ingin saya bangun: pembelajaran yang menghidupkan ilmu, menguatkan karakter, dan memberi manfaat bagi masa depan. **Indah TW
| jl.cimurah No.336 Karangpawitan Garut 44182 | |
| TELEPON | (0262) 444473 |
| smpn1karpaw@gmail.com | |

Tinggalkan Komentar